Sosok yang Telah Berjasa bagi Bangsa Patut Mendapat Penghargaan dari Negara


Pecenongan, satupena.my.id - 21 Oktober 2025 — Diskusi rutin yang digelar oleh Gerakan Moral Rekonsiliasi Indonesia (GMRI) biasanya berlangsung setiap Senin–Kamis, namun kali ini diundur menjadi Selasa, 21 Oktober 2025. Penundaan dilakukan karena keluarga Ketua Umum GMRI, Sri Eko Sriyanto Galgendu, sedang berduka atas wafatnya Ibu mertua beliau, Bunda tercinta dari Mbah Ning (Dyah Sutjiningtyas), di Semarang, Jawa Tengah, pada Minggu (19/10/2025).

Meski jadwal diubah, acara tetap berlangsung dengan pembahasan sejumlah topik aktual yang menarik perhatian publik. Forum diskusi tersebut dihadiri oleh berbagai tokoh dan pemerhati sosial seperti Mos Momok bersama komunitasnya, Guntur, dan Joyo Yudhantoro.

Salah satu topik yang menjadi sorotan adalah rencana pemerintah untuk menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada sejumlah tokoh, antara lain almarhum Presiden Soeharto dan Marsinah, aktivis buruh perempuan yang dikenal vokal memperjuangkan hak-hak pekerja dan wafat tragis di masa Orde Baru.

Menurut Joyo Yudhantoro, masih banyak tokoh besar bangsa yang belum mendapatkan perhatian atau penghargaan setimpal dari negara, di antaranya Margono Djojohadikoesoemo — kakek Presiden Prabowo Subianto — yang dikenal sebagai pendiri dan Direktur Utama pertama Bank Negara Indonesia (BNI).

“Margono Djojohadikoesoemo memiliki gagasan besar tentang lembaga keuangan yang berpihak kepada rakyat. Ia menekankan pentingnya akses kredit bagi Bumiputra, yang kemudian menjadi dasar berdirinya BNI,” ujar Joyo.

Dalam kesempatan itu, forum juga menyinggung kiprah Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa yang dinilai membawa gebrakan dalam upaya reformasi tata kelola keuangan negara. Beberapa peserta diskusi menilai langkah tersebut bisa menjadi sinyal positif bagi pemberantasan korupsi dan perbaikan sistem keuangan nasional.

Selain itu, diskusi turut menyoroti nilai perjuangan Marsinah, sosok perempuan muda yang berani menyuarakan keadilan bagi kaum buruh. Meski berbeda era dan latar belakang, forum sepakat bahwa penghargaan terhadap tokoh bangsa seharusnya didasarkan pada kontribusi nyata dan keteladanan perjuangannya, bukan pada penilaian politik semata.

Ketua Umum GMRI, Sri Eko Sriyanto Galgendu, menegaskan pentingnya bangsa untuk menghargai jasa para tokohnya tanpa terus memperdebatkan kekurangan mereka.

“Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya. Setiap tokoh tentu memiliki sisi baik dan buruk, namun yang utama adalah kontribusi dan dedikasinya bagi negara,” ujarnya.

Diskusi tersebut diakhiri dengan seruan agar pemerintah lebih selektif dan berimbang dalam menetapkan gelar Pahlawan Nasional, dengan menimbang nilai perjuangan, keteladanan, dan jasa besar bagi bangsa dan negara.

---

Catatan Redaksi:

Tulisan ini disarikan dari hasil diskusi rutin GMRI (Gerakan Moral Rekonsiliasi Indonesia) di Sekretariat Pecenongan, Jakarta, dan ditulis oleh Jacob Ereste sebagai bentuk refleksi kebangsaan.

Posting Komentar

0 Komentar